2012.
Kamar Rawat nomor 371A VVIP lantai 4.
Fanya tampak kebingungan keluar masuk pintu dengan memegang
ponsel di tangannya.
“Haduh mati gue, nelepon om bram sama tante lisa ngga ya,
nelepon dewa ngga ya, haduh”
“Non, ini kita harus bagaimana non, kita sudah
menyembunyikan 2kali masuknya non davina ke rumah sakit tahun lalu, masa tahun
ini non davina masuk yang ke 3kalinya kita ngga ngasih tau bapak sama ibu?”
tanya bi minah kepada fanya.
Davina terbaring melemah. Tak berdaya.
“Tapi bi, selama ini yang deket sama davina itu kan dewa bi,
udah kaya pacarnya davina kan bi..kemana mana davina selalu sama dia walau
tanpa status” ujar fanya
“Iya telepon mas dewa saja mbak fanya” sahut bi maryam.
Tut.......................tut.................tut..
Nada tunggu. Tersambung. Tapi tak ada jawaban.
Fanya menelepon sebanyak 3 kali. Akhirnya di jawab.
“DEWAAAA, KESINI LO BURUAN”
“Hah, ada darurat fan?” tanya dewa bingung.
“Infeksi lambung nya davina kumat lagi, dia sih penggemar
kopi bangeeeeet, padahal kopi kan bikin kembung, mana dia jarang makan kan
lambung nya jadi gitu deh”
“Dimana? Gue kesana nih sekarang”
“RS. Pelita kasih kamar rawat 371 A VVIP lantai 4”
Telepon langsung di tutup. Dewa kelabakan. Pria itu benar
benar berubah sekarang, hanya davina lah yang menempati ruang hatinya saat ini
tak ada lagi dea ataupun sinta. Hanya davina.
Davina masih ragu ragu menerima dewa kembali, karena sekali
kepercayaan di hancurkan akan susah menghadirkan kepercayaan itu lagi, sejak 18
tahun hingga sekarang umur mereka 21 tahun, dewa tetap menunggu. Menjalani hari
dengan davina tanpa status. Menjaga davina dengan tulus tanpa pamrih
sedikitpun. Indahnya ..
***
Setelah menelepon dewa, fanya lalu terdiam. Dia bingung,
tapi bagaimanapun papa dan mama davina harus tau sesibuk apapun mereka, ini
davina, anak tunggal mereka.
Tut,,tut,,tut,,
Nada sambung yang sama dengan saat menelepon dewa tadi
membuat fanya cemas,
“Angkaaat dong om sekarang” celoteh fanya berbisik
“Halo, dengan saya bram argantara, siapa disana?”
“Om ini saya fanya om, davina masuk rumah sakit, lebih baik
om dan tante pulang sekarang, begitu sampai dirumah minta di antarkan pak diko
ke rumah sakit davina di rawat, pak diko tau kok”
“HAHHH? IYAIYA OM SEGERA PULANG... 2jam perjalanan ya fanya
dari bandung, tunggu ya”
Telepon terputus.
Diujung sana, fanya meringis kecil.
“Tumben itu orang khawatir sama davina, kirain gue udah
bener bener ga peduli”
***
Dewa sudah sampai di kamar davina. Duduk di samping davina
yang sedang tidaksadarkan diri. Matanya berkaca seperti hendak meneteskan air
dari matanya. Bagaimana tidak menangis, dewa pasti merasakan pedih yang tak
tertahan melihat orang yang disayanginya masuk rumah sakit 3kali dengan waktu
yang tidak terlalu lama berselang. Selama ini davina selalu mengeluhkan sakit
dan nyeri lambungnya kepada dewa, dewa adalah orang pertama yang membawa davina
check ke dokter dan dewa pula yang mengetahui penyakit davina pertama kali.
Tidak heran, dewa yang paling khawatir dan benar benar menjaga tuan putrinya
itu semaksimal mungkin.
Davina benar benar harus opname, paling lama 2,5 bulan
karena penyakitnya benar-benar tidak bisa di tolerin.
“bulan ini oktober wa,
kalau selama 2,5 bulan davina ngga sembuh, bagaimana mungkin dia bisa
merayakan tahun baru di tengah tengah kita. Kita sama sama berdoa ya buat
dia,,” ujar fanya
“ didalam doaku selalu terselip dia, biar dia selalu
sehat....ya semoga aja dia cepet sadar dan cepet sembuh, ngga nyangka infeksi
lambung bisa separah ini” sahut dewa
“soalnya dokternya davina kemarin ngga segera ambil tindakan
total , Cuma di infus sama dikasih obat penahan rasa nyeri, harusnya kan bisa
pengobatan langsung total” fanya berceloteh
“iya bener juga sih kamu” ujar dewa sembari menatap davina
yang terbaring tak berdaya.
***
3 jam berlalu..
Papa & mama davina tiba di depan kamar rawat. Mereka
terpaku sebentar di depan pintu kamar. Mereka tidak percaya bahwa yang di rawat
di kamar ini adalah anak mereka, anak tunggal mereka.
Akhirnya engsel pintu pun di putar hingga pintu itu terbuka.
“Fanya, davina kenapa bisa begini?” akhirnya mama davina
membuka mulut
“Davina jarang makan tante, akhir akhir ini dia stres, kalau
stres larinya ke kedai kopi, minum kopi terus, kembung deh, kembungnya
keterusan sampai infeksi begini” perjelas fanya
“Kamu siapa ya?” tanya papa davina kepada dewa
“Saya dewa om, dewa surya ajibagus” sahut dewa.
“Kamu pernah masuk majalah bisnis kan kalau tidak salah?”
tanya papa davina lagi
“Iya om, saya anaknya pak dwijaya surya adibagus”
“Oh yaampun, kamu anak rekan bisnis nya om toh ternyata,
salam kenal ya, saya bram”
“Iya om, saya sudah kenal hhe”
“Ini bagaimana davina bisa begini?” tanya papa davina kepada
fanya dan dewa
“tadi kan saya sudah bilang om” ujar fanya
“davina konsumen kopi akut pa” sahut mama davina
“Yaampun davina..”
“Om, saya boleh jujur?”
“Jujur apa nak dewa?” sahut papa davina
“Jujur soal davina..”
Fanya membeku. Apakah yang akan di katakan dewa, batinnya.
“Boleh nak, silahkan” jawab papa davina
“Davina kurang perhatian om, dia pernah cerita ke saya, dia
amat terpukul sewaktu om dan tante berubah, menghilangkan segala waktu om dan
tante untuk anak sematawayang om & tante, dia stres tidak diperdulikan, om
& tante hanya memberikan sebagian harta om untuk davina sehingga davina
didekati oleh teman palsu yang matre om, 2 masalah dia tempuh, soal om&
tante dan teman matre nya, untung dia masih punya fanya dan saya yg setia
dengar ceritanya, dia stres om, sehingga dia terbaring disini karena terlalu
banyak minum kopi sebagai obat penenangnya, ini masih kopi om, bagaimana kalau
sampain davina mengkomsumsi narkoba? Apa om sudah rela kehilangan dia suatu
saat nanti ?” ujar dewa panjang lebar.
“Jujur nak dewa, om sangat merasa bersalah..”
“itu yang saya alami dulu om, saat saya menyakiti davina,
sampai saya tahu davina tidak pernah menjelek-jelekkan saya setelah saya
menyakiti dia, saya amat merasa bersalah om, makanya saya berubah, saya tebus
semua kesalahan saya ini walau saya bukan siapa siapa dia lagi, coba saja om
melakukan seperti saya, saya aja belum tentu di maafkan om” perjelas dewa
“Kamu dulu pacar davina?” tanya mama davina
“Iya tante” jawab dewa singkat
“Om dan tante berjanji di hadapan kalian, akan memperbaiki
ini semua, kita akan merawat davina menggunakan tangan kita sendiri sampai dia
sembuh total” janji keluar dari mulut sang mama.
“Ya, kita tinggal tunggu davina sadar saja tante” ujar fanya
yang sedari tadi terdiam.
***
5 jam berikutnya, saat semua terlelap. Fanya dan dewa
tertidur di sebelah davina, sementara papa dan mama davina tertidur di sofa.
Davina sadar dengan jeritan rasa nyeri.
“AAAAAAKHHHHHH”
Semuanya terbangun.
“DAVINAAAAA” jerit sang mama
“Dav, mana yang sakit dav?” tanya dewa
“Lambungku sakit bangeeeet”
“Gue panggil dokter dav, lo tahaaaan ya” ujar fanya
terbata-bata.
“Sayang tahan ya, papa disini davina, papa datang untuk
kamu” ujar papa.
“Davina ga butuh”
“Dav jangan bilang kayak gitu” sahut dewa
“AKKKKKHHHHH” jeritan itu semakin kencang. Di lambungnya
seperti ada ledakan bom di dalam nya.
“Sudah nak dewa, biarkan davina tenang dulu, om tidak ingin
kasar lagi di saat dia sakit begini” sahut sang papa.
Akhirnya semuanya panik, sampai akhirnya fanya membawa
dokter yang merawat fanya beserta 2 suster.
“Saya harap semua bisa tenang dan menunggu di luar” ucap
sang dokter
Dengan sangat terpaksa, 4 orang yang amat menyayangi davina
itu keluar dari ruang rawat dengan langkah gontai.
“Kenapa bisa begini” ucap sang papa dengan rintihan
Fanya mendekat. Memegang bahu seseorang yang sudah
dianggapnya sebagai om nya sendiri.
“Terkadang, seseorang bisa sadar karena tindakan. Terkadang
juga, seseorang yang depresi selalu melampiaskan dengan cara menyakiti diri
sendiri. Mungkin ini cara davina untuk menenangkan diri dan perlahan
menyadarkan om”
“Iya kamu benar fanya, sangat sakit bagi om melihat putri
tunggal om merintih kesakitan di hadapan om sendiri” jawab sang papa davina
“Sekarang kita sama sama berdoa untuk kesembuhan davina,
jangan di masukin hati omongan davina yang kasar tadi ya om, jujur.. davina
sekarang kasar anaknya, semenjak dia mengalami ini semua dan semenjak dia masuk
rumah sakit 2 kali tahun lalu” ucap fanya berhatihati
“Dia sudah pernah masuk rumah sakit? Kenapa kamu tidak
mengabari om, fanya?” ucap sang papa
kaget.
“Davina melarang saya om, davina akan marah jika om dan
tante akan pulang untuk menjenguknya, karena ia tak ingin bertemu dengan om dan
tante katanya”
“Semarah itukah anakku yang lembut, sekasar itukah peri
kecilku” ucap mama mendesah kecil.
Mama davina dari tadi tidak membuka mulut. Ia menunduk.
Terhanyut dalam tangisan.
Kemudian, dokter keluar dari kamar rawat davina.
“Bapak, ibu dan adek adek.. davina bisa dijenguk sekarang,
tapi jangan buat davina berkeras hati ya itukan berdampak buruk bagi
lambungnya”
“Baik dokter” ucap papa davina.
***
Saat tiba di ruang rawat. Papa & mama davina terdiam
melihat kedatangan mereka di acuhkan oleh davina yang sedari tadi membuang muka
menghadap jendela.
Akhirnya mereka menangis, ya, mama dan papa davina menangis
untuk anaknya.
Davina menoleh mendengar tangisan papa dan mamanya itu.
“Kenapa kalian menangis ? Hapus air mata kalian, saya ngga
mau lihat itu. Palsu”
“Dav...” dewa mencoba memberi isyarat agar davina tidak
kasar
“KENAPA SAAT DAVINA HAMPIR SEKARAT GINI KALIAN BARU PULANG ?
BELUM SIAP KEHILANGAN ? IYA? JAWAB PA, MA!”
“Kami sayang kamu” ujar papa
“Kemarin kemana aja.. kemarin kalian ngga pulang, kemana?
Ngga merasa punya rumah di jakarta? Ngga merasa punya anak yang butuh kasih
sayang?”
“MAAFKAN KAMI DAVINA... kami ngga bermaksut”
“BOHONG, coba davina mau tahu, umur berapa davina sekarang?”
tanya davina
Dewa dan fanya hanya diam. Tak berani bicara saat davina
sedang buta mata akan amarahnya.
Papa dan mama davina terdiam lama, tak bicara.
“NGGA TAHU KAN KALIAN? 21 TAHUN! Ini yang bikin davina sakit
hati, umur anaknya sendiri aja kalian lupa, yang di ingat Cuma apa? Bisnis,
uang banyak, 3perusahaan, apalagi? Duit semua kan” kobaran amarah semakin
menjadi.
“DAV, UDAHLAH, PAMALI KAMU BENTAK BENTAK ORANG TUA, MEREKA
MINTA MAAF DAV, KAMU TINGGAL TERIMA MAAF MEREKA ATAU ENGGA, NGGA USAH PAKE
BEGINIAN” akhirnya fanya buka mulut.
Omongan fanya selalu menyadarkan davina saat davina sedang
gelap mata.
“Iya, aku maafin papa sama mama”
Seketika papa dan mama davina memeluk anaknya.
Damai itu indah. Lebih indah perkumpulan keluarga yang
berantakan menjadi harmonis.
***
Selama 2,5 bulan. Papa dan mama davina membiarkan segala
urusan bisnis mereka dijalankan oleh anak buah kepercayaan mereka. Mereka
menepati janjinya, mereka merawat davina hingga kondisi davina mulai membaik..
“Gimana nak, udah enakan?” tanya papa
“Udah pa”
“Fan, dewa mana?” tanya davina pada fanya.
“Lagi di kantin dav, makan. Bentarlagi juga balik”
10 menit berlalu, dewa kembali.
“Dav, ini ada dewa” ujar fanya pada davina.
“Apaan fan?”
“katanya davina nyariin elo tadi”
“Ada apa dav?”
“Aku ngga bisa balik jadi pacar kamu wa, maaf”
Dewa terdiam.
“Ngga apa kok dav kalau itu keputusan kamu, aku terima, oh
iya aku ada urusan mendadak aku pulang dulu ya” kata dewa
“iya hati hati” sahut davina lemah
Dewa pun keluar meninggalkan kamar rawat dengan wajah pucat.
Fanya yang sedari tadi tahu perasaan dewa, Ia langsung keluar menyusuk dewa.
“Wa, tunggu gue”
“Ada apa fan”
“Gue tau perasaan lo, kita duduk dulu ya, gue mau ngomong”
“Kalau keputusan davina emang gitu, ya gue mesti gimana
meskipun gue sayang banget sama dia, ini udah desember selama 2,5 bulan yg lalu
gue nunggu momen taun baru sama davina, tapi kayaknya ini ngga mungkin terjadi,
uda H-1 tahun baru davina ngasih kado buruk buat gue” ujar dewa
“Itulah cinta. Cinta penuh dengan pengorbanan, lo mesti tau
rasanya berkorban tanpa balasan, itu yang davina lakuin ke elo dulu, memang ya
segala perbuatan selalu ada balasannya, elo mesti rela aja. Itulah cinta,
berani pergi dan berani ditinggal pergi. Kalau lo dulu pergi dari davina,
sekarang lo mesti berani ditinggal pergi sama dia”
***
Di ruang kamar, davina menangis
“kenapa menangis sayang?” tanya papa dan mama
“soal dewa, davina sayang sama dia, tapi davina bilang ngga
bisa balik jadi pacarnya”
“karena apa?” tanya mama
“karena davina tau, nanti davina ngga bakal punya waktu
banyak buat dia, davina ngga mau ngebuat dewa nunggu lebih lama lagi dari
18tahun sampai 21 tahun, 4 tahun ma, pa, bayangkan!”
“dewa sayang sama kamu, saat kamu nggak sadarkan diri, dia
cerita banyak ke papa dan faktanya kamu juga sayang sama dia, kamu mau sama dia
terus kan?” tanya papa
“Mau, pa” jawab singkat dari davina
“papa akan buat kejutan buat dewa, papa akan tunangin kalian
berdua”
“pa, papa serius?” tanya davina girang tak percaya
“dua rius malahan” jawab mama
“AHHHHH, papa mama makasih”
Davina langsung memeluk papa dan mamanya dari kasur tempat
Ia terbaring.
***
Fanya yang mendengar kabar soal pertunangan dari papa merasa
senang.
Fanya mengantar om bram dan tante lisa ke rumah dewa.
Kebetulan, papa dewa sedang dirumah.
“Loh pak bram, bu lisa.. ada apa
kesini?” tanya papa dewa
“saya mau bertemu dewa, tapi
sebelumnya saya mau bicara dengan anda, dwijaya” ujar papa
“silahkan bram, duduk dan
ngobrolah dengan saya” kata papa dewa.
“saya mau dewa dengan davina,
putri saya bertunangan, karena mereka dulu pacaran”
“pacaran? Saya tidak pernah tahu
itu, tapi saya setujuu saja karena menurut cerita dari lisa, davina sempurna
sekali” jawab papa dewa
“DEWAAAAAA, sini turun, ada om
bram” teriak papa dewa.
Dewa turun dari lantai 2
rumahnya. Dia bingung melihat ada om bram, tante lisa dan fanya.
“Ada kabar baik” ujar fanya
“Kami akan melangsungkan
pertunangan davina” ujar mama davina.
“Davina mau tunangan om? Maaf om,
saya ngga mau datang” ucap dewa
“Kalau tunangannya sama kamu,
kamu tetap ngga mau datang?” ledek papa davina.
“AH, om ini bercanda saja”
“Bram serius dewa, dia mau
menunangkan kamu dengan davina” ujar papa dewa.
“YAAMPUNNN, makasih banyak om,
saya senang sekali, memangnya davina nya mau om?” tanya dewa ragu-ragu.
“Ini davina yang minta” ujar
fanya.
“Wah, davina berhasil bikin remuk
hati gue duluan fan tapi dia langsung beliin gue plester paling canggih” ujar
dewa berbisik pada fanya.
Semua yang mendengar tertawa.
Besok sudah tahun baru 2013. Tunangan di adakan di kamar rawat davina, saat tahun
baru.
***
Dewa menyelipkan sebuah cincin pertunangan ke jemari davina,
begitu pula sebaliknya. Kebahagiaan terpancar di raut wajah fanya, orangtua
dewa, orangtua davina, begitupula pada dewa dan davina.
Tahun baru, mereka akan menjalani hari baru dengan status
baru. TUNANGAN.
Dan davina akan segera keluar dari rumah sakit lalu
melanjutkan kuliah dengan menulis buku lagi.
TAHUN BARU, dengan segala isi baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar