Lanjutan (sekali sahabat tetap
sahabat)
Part III
Siang itu, caca sudah sampai di kota
malang .. ya kota wisata yang ber-udara sejuk walau matahari tetap memancarkan
sinarnya pada siang itu.
Seharusnya
caca berangkat pada minggu malam ya kira-kira pukul 18.00wib. tetapi karena
sedang tertekan dan tidak tahan dirumah akibat berantem dengan orang tua nya
akhirnya Ia memutuskan untuk melakukan perjalanan pagi pagi buta itu juga.
Perjalanan
caca menuju kota wisata bisa di bilang tidak seberapa menyenangkan karena Ia
yang sedang sakit dari 2 hari yang lalu, dan kondisi dia yang stress akibat
banyak pikiran.
Ya, rasya
melakukan perjalanan di temani kedua kakaknya dan satu adiknya… sampai di suatu
saat, esya (adik rasya) itu memohon kepada kakaknya (rasya) untuk diperbolehkan
meminjam hape milik rasya untuk bermain. Lalu esya pun menyalakan hape milik
rasya yang sedari kemarin malam di-off kan olehnya. Baru saja menyala langsung
ada pesan dari seseorang bernama; jojo yang isi-nya :”Ca, revan masuk rumah
sakit dan dia tidak bisa ngehubungin elu sekarang. Lu dimana? Lu kagak mau
njenguk?”. Ngga lama bunyi dari bbm masuk , yaa bbm tersebut dari satya yang
berisi;” ca gue cuman mau ngasih tau kalau revan masuk rumah sakit dan mungkin
dia ngga bisa ngehubungin lu buat sementara”. Esya pun langsung bingung dan
panik “mampus gue harus gimana, gue nggak punya cukup banyak nyali buat bilang
berita ini ke kak caca sekarang, kalau kondisi dia makin ngedrop gue bakal kena
omelan kak derby dan kak cheris, yatuhan ada aja cobaan buat makluk tanpa dosa
seperti esya gini” ujar esya dalam hati.
Seharian itu
esya menyimpan berita itu hanya didalam hati tanpa mengeluarkannya dengan suara
sedikitpun. Seharian itu juga caca tidak memperdulikan hapenya ataupun beserta
isinya karena dia amat sangat tidak berdaya. Di hari berikutnya, caca baru
menanyakan kepada esya apakah ada chatting masuk dari revan, ketika esya
menjawab “tidak” seketika itu juga caca berpikiran negatif. Ya itulah sifat
jelek caca, selalu saja negthink kepada orang yang sedang terkapar di rumah
sakit sekarang.
Ya, minggu
sudah berganti menjadi senin, ternyata senin malam itupun revan sudah
dipulangkan karena hari selasa pagi, revan ada urusan penting mengenai sekolah
barunya. Esya berkata dalam hati “pasti kak caca mukanya langsung kusutdeh
kalau disinggung soal sekolahnya mas revan dan sekolahnya mbak satya”. Ya, caca
sudah tau mengenai revan masuk rumah sakit, tak ada respon apapun kecuali sesak
nafasnya kumat.
Pasti
sekarang caca amat terbebani, yang masalah dengan orang tua, yang masalah akan
berpisah, yang masalah kekasihnya masuk rumah sakit. Dia mengeluh kecil kepada kak cheris ;”kenapa
gue ngga sekalian mati aja? Biar nggak ada masalah yang ngehantuin gue, gue
capek!” tapi kakaknya tidak menanggapi ocehan caca karena bagi kakaknya, jika
semakin di tanggapi omongan nya semakin nyeleweng saja.
Hari senin
sudah berganti menjadi hari selasa. Kondisi caca sudah agak membaik. Sakitnya
lumayan lama dari hari jum’at hingga hari selasa, setiap terbebani dengan
pikiran yang berat sedikit saja langsung sakit.
Siang itu ,
kawan lama caca waktu di malang datang, ada 2 perempuan yang bernama ici dan
keyla menjenguk dan bermain di villa milik keluarga caca tersebut.
“ca, coba
liat ada siapa yang datang?” ujar kak derby
“siapa, rio sotoy
ya?” tanya caca
“bukan dong,
teman kamu.. kakak suruh masuk ya” ujar kak derby.
Tidak
disangka, caca pun tersenyum melihat teman lama nya itu.
“caca, hai
bagaimana kabarmu? Sudah sehat kah?” ujar ici
“gue baik
baik aja kok ci, yatuhan lu makin cantik aja” jawab caca
“elu kali ca
yang makin cantik, pake kacamata lagi sekarang, dewasa banget” ujar keyla.
“ah elu bisa
aja…. Kalian ngapain kesini? Ini moment langka sumpah!gue seneng banget” ujar
caca sambil tersenyum
“kita mau
nengokin lu caJ itung itung reuni wuhaha” ujar ici sambil tertawa
keras.
“reuni
kepale lu hahaha, gue seneng sumpah kalo dijengukin gini, kapan ya trakhir kita
ketemu? Lama banget kali ya” kata caca kepada dua sahabat lamanya
“waktu kelas
6sd ca! bener gak?” ujar keyla
“yap, betul
tuh kata key” sahut ici
“astaga
jaman kita masih culun culun nya ya bok” ujar caca
“iya ca,
jaman lu masih tomboy huahaha” ujar ici
“wah bahaya
ni bocah buka aib” ujar caca
“jaman lu
suka ngajakin petualangan di hutan belakang villa ini kan caaaa? Jaman lu suka
ngoleksi kelereng? Ya kannnn?” ledek keyla
“yah
diledekin nih gue-.- elu berdua berhasildeh bikin gue malu didepan adek gue”
ujar caca.
Esya yang
sedari tadi mendengar obrolan nya kakaknya dengan dua sahabat lamanya itu pun
ikut tertawa.
Hari itu benar-benar
membuat caca merasa bangkit lagi dari rasa keterpurukannya. Setelah kedua
sahabatnya berpamitan pulang, tinggal tersisa esya saja di kamar caca.
“kak,
bagaimana? Senang? Senang kan?” tanya peri kecil tersebut
“senang kok,
senang sekali malah, elu gokil dek.. elu ndatengin dua sahabat lama gue yang
terpisah sama gue sekitar 3 tahun-an” ujar caca sambil memeluk adiknya.
“esya gitu….
Esya cuman mau bikin kakak senang kokJ bagaimana dengan teman sekolah
kakak? Kakak tidak rindu kah kepada mereka?” tanya iseng esya kepada kakaknya.
“bagaimana
mau dirindukan jika mereka tidak merindukan kakak? Malah kakak yang tersakiti
dengan rasa rindu ini nantinya” ujar caca dengan serius
“kak, yang
namanya merindukan kan ngga mesti harus mereka merindukan juga. Esya tau kakak
amat sangat mengasihi teman teman kakak otomatis kan kakak juga merindukan
mereka kan?” tanya esya sambil menyipitkan mata
“ah elu
bocah tau apasih dek” sambil menjulurkan lidahnya.
“ah gini
gini bocah dewasa kale, eh iya kak. Suatu saat mereka yang menganggap kakak
tidak penting akan lekas sadar setelah mereka kehilangan kakak. Mereka hanya
belum paham bagaimana rasanya kehilangan. Sori kak ya kalau esya ngejiplak
bahasa kakak yang bijak ini wuehehe” ujar esya sedikit meledek.
“memang,
mereka tidak akan pernah mengerti bagaimana rasanya kehilangan sebelum mereka
sendiri yang merasakan. Gue udah berulang kali ngerasain itu dan itu rasanya
pedih banget” ujar caca serius.
“dan gue,
yang hendak mau ngerasain kepedihan nya kehilangan itu Cuma bisa tabah” ujar
esya dengan raut wajah sedih.
“hah? Kenapa
lu dek?” tanya caca kepada adeknya.
“rasanya gue
bakal kehilangan reza deh kak, dan gue bisa apa” ujar esya.
“kehilangan
orang ngga punya malu kayak reza itu ngga sebanding dek dengan kehilangan orang
yang membuat segala sesuatu menjadi manis, kamu kehilangan reza toh kamu bisa
dapat yang lebih bagus dan ngga bikin malu kayak reza. Lain kali kalau cari
pacar jangan yang bagus luar aja, tapi bagus dalam itu yang terutama. Cinta itu
semu, ngga usah di anggap serius oke” ujar caca menasehati adeknya.
Esya
terkagum kagum. Disaat lemah tak berdaya gini kakaknya tetap saja bisa menjadi orang yang berguna
bagi orang di dekatnya, seperti kapan hari, saat caca sedang berobat dan
sahabatnya curhat via hape, caca pun masih rela meluangkan waktu nya untuk
mendengarkan curhatan sahabatnya itu dan memberikan saran terbaik dari dalam
hatinya, tetapi saat caca membutuhkan sahabatnya ketika itupula sahabatnya
sedang pergi; sahabat nya itu malah tidak menganggap curhatan nya caca penting,
padahal caca sedang butuh orang yang peduli pada dirinya dan padahal juga caca
selalu ada kapanpun sahabatnya itu butuh. Manusia memang terkadang egois!
Terlihat
caca yang mulai bisa bangun dari kasurnya lalu berjalan menuju sebuah meja.
Disana dia menulis sesuatu dalam lembaran buku harian nya. Esya pun tak sengaja
mendekatinya lalu membaca miliknya, caca pun tidak seperti biasanya yang
mengamuk bila adik kecilnya itu selalu ingin tau apapun itu urusan kakaknya.
Esya
menemukan tulisan tulisan yang dicurahkan kedalam kertas putih tak bernoda itu
dari dasar lubuk hati caca.
“saat empat
mata yang jarang bertemu tidak mungkin lagi akan bertemu. Mungkin hanya ada
kata “sabar” di balik senyuman yang tertunda tersebut. Saat senyum palsu
terpaksa gue lontarkan di hadapan mereka yang member gue senyuman tulus, gue
cukup merasakan kebahagiaan kecil, ya bahagia itu sederhana. Tanpa mereka tau
jika gue melontarkan senyum palsu saja itu sudah menghadirkan kebahagiaan
tersendiri.
“saat dua
hati tak dapat lagi menyatu, mungkin hanya ada keikhlasan yang terpaksa gue
lakukan demi menempuh masa depan yang lebih baik”
Terjadilah
curhat curhatan kecil lagi diantara esya dan caca.
“dek, kalau
memang bener ini sudah takdir yang di gariskan Tuhan buat gue.. kayaknya gue
terpaksa tetep ngejalanin prinsip gue tentang fokus sekolah itu” ujar caca
dengan wajah sangat tidak ikhlas.
“kalau
memang lu belum siap kak, buat apa dijalanin? Bukankah itu akan nyiksa diri lu
lebih dalam?” ujar esya
“dek, asal
kamu tau. Jarak itu bisa menghancurkan segalanya. Bahkan kepercayaan pun bisa hilang
gara gara hanya terpisah jarak semata” kata
caca kepada adiknya
“iyasih
benarjuga. Esya dukung apapun keputusan kakak deh ya” kata esya.
Caca pun beranjak dari kasur ke depan cermin “kita lihat saja
bagaimana ke depan nya, mungkin saja Tuhan berbaik hati mau mengubah nasibku
menjadi lebih baik lagi”.
“terus kapan
kira kira kita bakal balik ke rumah” tanya kak derby kepada ketiga adiknya.
“gue sih
tergantung caca aja kak” ujar kak cheris sambil mengalihkan pandangannya
kepadaku
“jadi
bagaimana ca?”tanya kak derby
“tunggu
bener bener caca siap buat pulang” jawab caca
“tapi
bagaimanapun, kakak pasti tidak siap dan akan memakan waktu lebih banyak lagi
disini, apapun yang terjadi hadapilah karena itu akan berlangsung dengan cepat.
Tidak mungkin lama kak..semua akan berlarut” ujar gadis kelas 2smp tersebut.
“kalau kakak
boleh berbicara, sebenarnya berdiam diri di kota orang itu bukan lah alasan
yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang ada. Justru ini akan memperlambat
semuanya untuk di selesaikan. Jadi bagaimana?” ujar kak cheris.
“ya, kita
pulang besok lusa. Dan berhenti mengoceh” ujar caca.
-----------------------------------------------------------------------------------------------
“ya gue tau,
semakin lama gue disini semakin susah buat gue menghilangkan segala kepenatan
pada diri gue. Gue harus benar benar bisa nerima keputusan yang memang pada
dasarnya nggak sesuai dengan yang gue harapin. Gue emang bener bener harus
nerima kenyataan pahit. Yaitu perpisahan dan kehilangan.
Selama gue
dan mereka masih memandang bintang yang sama, masih hidup di dunia yang sama
itu nggak masalah buat gue. Gue harus bisa! Bagaimana pun itu, gue tau mereka
tidak menginginkan buat pisah sama gue tapi apa daya, omongan orang tua jika di
bantah akan menyebabkan kedurhakaan bagi anak. Gue harus dewasa dan gak egoisJ “ demikian curahan hati caca dalam
lembaran buku harian nya.
SELESAI.
"Ada kata hallo saat pertemuan yang membawa suka,
Ada kata goodbye saat perpisahan yang membawa duka"
- Rebecca Valeria -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar